Kamis, 16 Oktober 2014

Moratorium Tamako = Moratorium Reechan


Baru-baru ini aku habis download dan nonton sebuah film Jepang, judulnya Moratorium Tamako atau Tamako In Moratorium.Awalnya iseng aja nge-downloadnya, sekedar jadi tontonan musim panas di tengah hari Rabu yang menjadi salah satu hari liburku di semester ini. Siapa sangka kalau setelah menonton film satu ini aku jadi terperanjat sendiri.... Film ini..... benar-benar mirip dengan kehidupanku!!!

Jadi film yang di bintangi ex-AKB48 , Atsuko Maeda ini menceritakan tentang kehidupan seorang gadis yang baru saja lulus dari Universitas dan kembali ke kampung halamannya,Tamako (Atsuko). Tamako ini hidup berdua bersama ayahnya yang merupakan pemilik sebuah toko olahraga karena sepertinya orang tuanya sudah bercerai. Tamako ini merupakan gadis yang sangat pemalas. Dia nggak pernah melakukan pekerjaan rumah, kerjaannya dari pagi sampai malam nggak jelas. Dia nggak berniat buat mencari pekerjaan, hidupnya cuman dihabiskan untuk bersantai-santai.

Tapi secara tiba-tiba Tamako menjadi khawatir sama kehidupannya begitu ia tahu kalau Ayahnya berniat menikah lagi dengan seorang janda baik hati yang juga tinggal di sekitar kompleks perumahan mereka. Bagaimana nasib Tamako pada akhirnya?? Untuk lebih jelasnya, nonton sendiri yaa~~~

Jadi dimana letak kesamaan antara kehidupan aku dan Si Tamako ini?

Ya, itu tadi. Menonton film ini seakan-akan membuat aku bercermin, sikap dan perilaku Tamako ini bisa di bilang 99% sangat mirip dengan kepribadian aku.

Dengan sangat berat hati namun mencoba untuk jujur, aku harus mengakui.

Aku adalah gadis yang sangat pemalas, seperti Tamako.


Tamako ini setiap hari kerjaannya cuman tidur, makan, nonton, baca komik trus tidur lagi. Pas nonton ini aku bareng sama kakakku, trus dia bilang "ini sih , kamu banget". Meskipun sempat mengelak, namun memang itu bener.Apa yang aku lakukan setiap hari mirip-mirip sama si Tamako ini.

Well, Tamako ini nggak pernah mau melakukan pekerjaan rumah. Cuci piring, memasak bahkan mencuci baju semua di lakukan ayahnya. <------ yang ini juga aku banget.

Aku bisa di bilang jarang melakukan tugas-tugas rumah, aku selalu ogah kalo disuruh cuci piring atau cuci baju dan lebih milih main di dalam kamar. Mungkin karena udah kebiasaan dari kecil, lagipula dari dulu aku nggak pernah di paksa melakukan pekerjaan semacam itu. Tugas rumah yang sering aku lakukan itu paling mengepel lantai, karena menurutku mudah terus nggak makan waktu lama. Jadinya setiap pagi tanpa di perintah aku pasti langsung cari kain pel .

Di dalam film, tokoh ayah Tamako ini di gambarkan sebagai ayah yang sangat baik dan penyabar. Meskipun putrinya pemalasnya nggak ketulungan namun dia santai-santai saja. Awalnya dia juga jengkel sama kelakuan putrinya, namun lambat laun dia mulai terbiasa sama si Tamako ini. <------ yang ini juga aku banget.

Ayah Tamako ini mirip sama ayahku. Ayahku ini juga tipikal ayah yang santai, baik, bedanya kalo ayah Tamako itu pendiam tapi ayahku ini lebay dan agak cerewet.Ayahku itu suka mengomentari segala hal, misalnya baju yang aku pake. Meskipun agak-agak cerewet tapi ayahku nggak pernah protes sama sifat pemalasku yang udah mendarah daging. Pernah sih dia nasehatin aku untuk nyuci piring kalo lihat piring numpuk, tapi aku pura-pura nggak denger tapi dia nggak marahin aku.


(me, my dad, and my mother)

Sama seperti ayah, ibu--ku juga nggak terlalu mempermasalahkan sifat pemalasku. Sering sih dia negur anaknya ini supaya jadi lebih rajin, tapi akunya yang nggak pernah nge-gubris. Intinya kedua orang tua aku santai ngadepin puterinya ini.

Tamako dan aku ini doyan banget tidur, meskipun kamar berantakannya udah kayak kapal pecah tapi tidur tetap aja nyenyak sampai bisa guling-gulingan.

Sehari-hari aku paling nggak bisa jauh dari yang namanya ponsel. Baik itu untuk dengerin lagu , BBMan, Chatting, atau Browsing. Kalau udah megang ponsel bawaannya jadi suka lupa waktu, alhasil tugas-tugas kuliah nggak di perduliin.


Dibeberapa adegan dalam film di pelihatkan Tamako yang sring kali hanyut dalam dunianya sendiri, tiduran sambil baca buku. Sesuatu kebiasaan yang sering aku lakukan tiap hari. Ambil bantal ukuran besar, pasang kacamata trus baca majalah fashion.

Tamako di kisahkan layaknya seorang Otaku yang suka baca komik dan Manga, dimana pun ia berada.

Meskipun nggak se-freak Tamako yang sampai bawa-bawa komik ke toilet segala, semua pasti tahu se-berapa cintanya aku sama yang namanya komik, novel, manga dan sejenisnya. Aku benar-benar bisa lupa waktu kalo udah ketemu sama yang namanya bacaan dari Jepang, specially Shojo Manga. Aku bisa bela-belain ngabisin berapa volume asalkan tuh manga kelar meskipun dalam kondisi perut lapar maksimal.

Selain itu kesamaan lan yang mencolok antara aku dan Tamako adalah sama-sama suka nonton TV. Bermalas-malasan di depan TV itu memang sesuatu yang menyenangkan ^^.

Selain itu baik aku ataupun Tamako sama-sama suka ngemil semangka di saat musim panas. Well, ini sebenarnya hal yang lumrah karena memang udah kebiasaan orang jepang makan semangka saat memasuki 'hot summer' semacam ini, tapi rasanya suprisingly banget ngeliat ada scene Tamako makan semangka di film ini. Seakan-akan film ini memang merefleksikan diri aku yang sebenarnya~~~

Ini bukan hanya kebetulan, kan?

Ya, pokoknya seusai nonton film ini aku jadi ngerasa kalau film ini di tujukan untuk aku. Seakan-akan Tamako di film ini memanglah aku, abis kebiasaannya Tamako 11 : 12 sih sama aku. Mungkin ada juga yang merasa seperti itu, soalnya film ini merupakan slice-of-life-movie, film tentang kehidupan sehari-hari yang mungkin di rasakan mayoritas gadis pada umumnya.

Untuk filmnya sendiri, Moratorium Tamako merupakan film yang berjalan layaknya air di danau, tenang dan tidak terlalu berat. Ceritanya berpusat ke tokoh Tamako itu sendiri, Tamako si gadis pemalas yang lambat laun mulai menunjukkan sedikit demi sedikit perubahan halus dalam hidupnya dalam 4 musim yang berbeda. *spoiler* diakhir cerita di kisahkan Tamako yang sudah menunjukkan sedikit niat setelah di motivasi oleh ayahnya, Tamako masih pemalas, namun dia sudah mulai membantu ayahnya di toko dan mencuci pakaian. Tamako juga sudah menunjukkan tekadnya untuk mencari pekerjaan sesuai harapan ayahnya meskipun ia masih nggak yakin bakalan kerja jadi apa.


Untuk beberapa orang film ini mungkin terkesan agak borring dan endingnya menggantung, tapi aku pribadi sangat menikmati film ini. Mungkin karena Tamako ini kepribadiannya sangat mirip dengan diriku aku jadi enjoy menonton sampai se-jam-an lebih. Banyak hal-hal kecil di film ini yang menarik untuk diikuti, seperti Tamako yang nggak suka di puji orang-orang, dia malu sendiri kalau di sebut 'cantik'. Tamako yang galau dengan masa depannya. Well, sehabis nonton aku jadi sadar bagaimana kehidupanku nanti pasca lulus? Apa aku akan seperti Tamako yang hidupnya mengapung tanpa arah?

Aku juga suka sama Dad-Daughter antara Tamako dan ayahnya yang mengalir secara alami dan natural. Keduanya saling melengkapi di tengah perbedaan pola pikiran ayah dan anak, jadi jatuhnya menyenangkan untuk dinonton. Bagaimana Tamako yang khawatir dengan ayahnya kalau menikah lagi sampai rela mendatangi kelas les wanita yang di comblangkan sama ayahnya. Bagaimana ayahnya yang sebenarnya khawatir sama masa depan Tamako tapi bersikap tetap santai, tidak memaksakan kehendaknya  dan membiarkan Tamako yang sadar sendiri.

Hal menarik yang juga patut di simak dari film ini adalah hubungan antara Tamako dengan seorang bocah SMP yang sifatnya jauh lebih dewasa dari Tamako yang kekanakan. Bocah SMP ini adalah satu-satunya teman terdekat Tamako (karena Tamako anti-sosial) dan selalu menuruti perintah-perintah gak jelas Tamako dengan ikhlas. Bocah ini punya pacar. Pacarnya ini cemburu sama kedekatan antara Tamako dan si Bocah, hingga akhirnya berujung kepada hubungan kedua anak ingusan ini yang putus gara-gara Tamako.

Tamako sempat nanya, kenapa mereka bisa putus, trus si bocah bilang kalau perasaannya tiba-tiba hilang dan itu bikin Tamako ketawa karena jawaban si bocah yang sok dewasa pake banget.

Pokoknya bagi yang suka tontonan ringan dengan alur santai yang tidak berat bolehlah untuk nonton film satu ini. Terutama buat kamu yang punya sifat pemalas, hayuu~ di nonton film satu ini. Alurnya mengalir apa adanya dan tidak dipaksakan, meskipun di ending aku berharap bisa melihat Tamako menemukan masa depan yang cerah.Untuk aktingnya Acchan juga bagus kok, natural, seakan peran Tamako itu memang adanya harus di perankan sama dia. Ekspresi malasnya itu loh, dapet banget.





Best Regards,


Naomi Ree



2 komentar:

  1. SAMA DONG, GUA JUGA..
    KADANG KLO DI SEKOLAH AMA DI RUMAH SERING NGK DIANGGAP ... -_-

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehe :3 kalo aku sih pada dasarnya cuek jadi nggak ngedengerin apapun kata orang ^^

      Hapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...